KISAH MISTERI - LEWEUNG SAREBU LELEMBUT - PART 3

KISAH MISTERI - LEWEUNG SAREBU LELEMBUT - PART 3

Mang aku tanya Siapa dalang yang membuka gerbang itu aman tinggal jawab cepat ucap Budi sudah tidak sabar karena setiap pengakuan yang keluar dari Mang Karni semakin membuatnya bersalah pada Lawang sasar terlebih selama hidupnya almarhum Mbah Amar adalah juru kuncinya seorang perempuan tanpa busana pernah masuk dan keluar lewat gerbang tumbal perawakannya besar orang tua zaman dulu menyebutnya wewe gombel mereka membawa anak kecil perawakannya tidak diketahui pasti tapi apa kamu bisa jamin Amang akan masih hidup kalau menyebutkan nama itu jawab mangkanis semakin cemas Apa memang tidak percaya bagaimana aba dan Mak berkorban untuk lubang sasar begitu juga aku Manggar dia hanya mengagukan kepala Apalagi sudah mendengar perubahan pesat Budi dari Mang Idin orang sangat Sakti pengikutnya tidak sedikit semua warga takut jika berjumpa dengannya jawab Mang Karni sangat pelan Budi langsung berdiri setelah mendengar nama Mbah Suki mengabaikan raut wajah makarni yang sangat ketakutan ketika menyebut namanya itu kabar buruk 

KISAH MISTERI - LEWEUNG SAREBU LELEMBUT - PART 3

lainnya warga Kampung menyalahkan orang tua kamu dan kamu yang tidak bertanggung jawab but akan leweng dan pemegang juru kuncinya kalau mau datang ke kampung temui dulu Amang jika ingin aman Atau Mati sia-sia ucap Mang Karni Budi hanya menganggukan kepalanya ke arah Mang Karni yang terlihat cemas memberikan hormat karena puluhan tahun tidak berjumpa dengannya wajah Budi sudah berubah menjadi merah menahan semua amarah yang ada dalam dirinya Apalagi setelah mendengar keadaan Kampung dan Leuweung sasar Sugi sesakti apa orang itu mungkin dalam tubuhnya sudah tidak memiliki darah bisik Budi setelah mengetahui satu nama yang bisa membawanya pulang dan cerita dari mangr terus ia ingat di sisi lain langit dengan Cahaya keemasannya Baru saja turun dengan perlahan motor yang biasa dikendarai Gamma sudah terparkir seorang perempuan bernama Halimun Dewi sedang memakaikan jaket pada tubuh Gama apa benar yang kamu katakan tadi kan di sekolah bisa terkendali soal Rara beberapa pembeli bahan bangunan juga sudah mendengar kabar hilangnya Rara ini tanya Dewi sangat cemas karena baru saja pulang dari toko bangunan suaminya itu harus segera bergegas kembali doakan sajawi sebelum maghrib Aku mau berkunjung ke rumah Rara tadi Pak Hadi sudah berangkat duluan pulangnya aku ke rumah Mang ini dulu ya jawab Gamma setelah memasukkan gelang genghi ke dalam saku celananya dan tidak lupa satu botol kecil berisikan wangian sambil menganggukkan kepala karena masalah yang dihadapinya saat ini perihal Rara bergerak menjadi 


masalah yang sangat serius saling berkaitan satu sama lain tidak ada lagi ucapan yang keluar dari mulut Dewi hanya memegang tangan Gama dengan erat mengantarkannya ke halaman depan rumah itu Budi apa sudah janjian kan kenapa tidak masuk dulu tanya Dewi Iya sudah Wi Ya sudah aku berangkat dulu semoga tidak pulang terlalu malam ya nanti aku berikan kabar secepatnya ucap Gamma padahal Ia sama sekali tidak ada janji dengan Budi yang harus datang ke rumahnya gerbang besi yang sudah terbuka lebar dan senyuman Mang tari mengiringi perlahan motor keluar dari halaman rumah ucap Gama membuat Budi yang sedari tadi hanya menundukkan kepala langsung menaiki motor Gamma kenapa ke rumah bukannya malam ini aku mau ke rumah kamu ada hal penting yang tidak aku pahami Bahkan aku juga sudah berjumpa dengan Karni dan mengetahui lebih apa yang terjadi di kampung Wetan ketika motor yang sedang melaju tiba-tiba berhenti begitu saja di samping jalan kepala Gama langsung menoleh ke belakang sangat kaget dengan ucapan Budi yang sudah berjumpa orang kepercayaan almarhum Mbah Amar setelah puluhan tahun tidak berjumpa Suki nama orang sakti itu dan wewe gombel dengan perawakan besar yang sudah diketahui Karni dan aku yakin kedua orang tua 


Rara bahkan Rara sedang berada di dalam lu itu sementara Kidul bilang tidak cukup kita berdua menyelesaikan masalah ini gam lanjut Budi Gamma langsung terdiam gelang gengger dalam saku celananya tiba-tiba terasa panas setelah mendengar nama yang Budi Sebutkan lalu tanya Gama semakin cemas kepada anak didiknya yang sudah hilang cukup lama bahkan pihak sekolah dan pihak berwajib sedang berusaha mengusut kasus Rara ini diduduki menyerahkan semuanya kepada kamu gam termasuk izin aku datang ke sana Jawab budi dengan pasrah baru saja agama akan menjawab ucapan Budi handphone dalam saku celananya bergetar Angkat dulu saja gam Mungkin ini yang dimaksud didului dan Mang Idin Uca Budi terlihat kontak bertuliskan nama Pak Hadi apalagi Gama tahu Pak Hadi sedang berada di rumah Rara Dan langsung melakukan panggilan Assalamualaikum Pak agama ini mah Endah neneknya Rara dari semalam tidak kunjung sadar Pak cepat ke sini Pak banyak hal aneh aku tidak bisa lama jawab Pak Hari tiba-tiba sangat panik tunggu sebentar lagi saya sampai pak bapak boleh pamit Nanti gantian sama saya ya tenang Jangan panik Iya Pak sesekali matanya melotot suaranya mengerang seperti kesakitan kadang tadi senyumnya saja menakutkan baik-baik saya segera kesana Pak sudah bapak pulang saja segera Gama Tutup telepon dari Pak Hadi mendengar kondisi di rumah mak Enda sudah sangat kacau apalagi gelang gengge dalam saku celana Gama itu semakin terasa panas kita kumaha indah dan bertemu Jaka Itu keluarga Rara sebelum waktu magrib ini sudah sangat sore ayo mereka membutuhkan pertolongan kita Aku sudah mendengar banyak anak hilang untuk dijadikan ritual tumbal Bud dibawa ke Lawang sasar ucap Gama tergesa-gesa Budi hanya menganggukan kepalanya saja dan membenarkan firasat kidui dan Mang idim sebelumnya bahkan ucapan terakhir Gama sudah Budi dengar juga sebelumnya setelah ini kita pergi ke kampung Wetan 


tilas Jaja lanjutkanlah cukup keras melawan suara terpaan angin kencang karena Laju kendaraan semakin cepat Budi hanya menganggukkan kepalanya lalu tersenyum karena tidak akan lama rasa rindu dan Gejolak dendam pada orang yang telah menginjak-injak tanah kelahirannya itu akan segera dituntaskan beberapa tanda jalan menuju rumah mak Endah dan Jaka sudah gagal melewati dengan cepat beruntungnya tidak perlu waktu lama menuju rumah Rara sebuah perkampungan setelah melewati pasar adalah tanda terakhir bahkan barusan sempat berpapasan dengan motor yang dikenakan Pak Hadi yang terlihat tergesa-gesa rumah yang sudah hampir rubuh dengan halaman depan yang tidak terlalu luas baru saja terlihat ditinggalkan beberapa orang warga kampung yang mungkin sudah melihat keadaan Ma Endah apalagi waktu adzan Maghrib berkumandang saat Gama dan Budi baru saja tiba agama ucap Jaka yang sudah beberapa kali melihat Gamma di sekolah manakala mengambil raport kenaikan kelas Rara Assalamualaikum Mang Jaka Maaf saya baru bisa datang ini dengan saudara saya Budi jawab Gamma sambil bersalaman tidak apa-apa Pak barusan Pak Hadi juga sudah memberitahu perkembangan pencarian Rara oleh pihak sekolah dan pihak berwajib jawab zakat dari raut wajahnya berusaha tersenyum walaupun gak mahal betul lelaki yang berada di depannya itu kini dalam masa-masa sulit Gama dan Budi langsung mengikuti langkah Jaka masuk ke dalam rumah apalagi untuk Budi 


sudah memastikan bahwa malam itu yang dilihatnya benar adalah Jaka yang berkunjung ke rumah orang tua Rara lelaki itu benar yang datang malam ke rumah orang tua raragam lalu malam itu juga aku berjumpa lelaki bersarung lusuh dan motor Vespa di jembatan dia bisa melihat pertanda sama dengan aku bisik Budi ketika dipersilahkan duduk di kursi seadanya aku sudah dengar dari pesan yang kamu titipkan pada Indra cepat atau lambat kita akan mengetahui lelaki itu aku penasaran dengan kekuatan yang ada dalam dirinya Bud semua penuh ketidaksengajaan berjumpa dengan kita jawab Gamma perlahan melihat Jaka berjalan ke arah dapur terlihat cahaya kuning keemasan itu sudah berganti dengan gelap malam tunggu sebentar ya Pak agama Pak Budi saya buatkan kopi dulu ucap Jaka cukup kencang dan terdengar jelas karena ruangan rumah yang tidak terlalu luas padahal memang Jaka tidak usah merepotkan jawab Gamma melihat meong Hideung berjalan terbincang-pincang dari arah depan rumah yang pintunya masih terbuka harusnya pertanda bisik hati kamu mulai cemas apalagi belum menanyakan keadaan Ma Endah drama itu bentak Budi tiba-tiba membuat Gama langsung berdiri melihat jelas bayangan besar dari arah salah satu kamar bayangan itu bergerak bahkan kain penutup yang berguna sebagai pintu itu ikut bergerak juga dengan sendirinya tenang bisi Gamma agar tidak membuat Jaka curiga suara dengkuran nafas yang cukup keras tiba-tiba Gama dan Budi dengar begitu juga Jaka yang langsung melihat ke arah kamar itu sambil membawa dua gelas kopi di atas wadah tanpa langkah Jaka tiba-tiba berhenti pemadangannya sangat kaget kedua tangannya yang sedang memegang wadah tampak sudah bergetar pergi Kalian terdengar suara nenek-nenek dari dalam kamar itu dengan 


suara yang begitu basah dan serak itu Pak agama guru Rama Kenapa Emak tiba-tiba bisa bangun dan sadar tiba-tiba wadah tanpa yang di atasnya terdapat dua gelas kopi itu ketika terjatuh dua gelas langsung pecah mengenai lantai keramik dengan tubuh Jaka yang langsung mematung pagi Jangan ganggu kami keluarlah Maeda berdiam di dekat tubuh Jaka matanya sudah merah melotot ke arah Gamma dan Budi yang sudah berdiri terutama Gamma sudah merasakan gelang gengge dalam saku celananya berubah sangat panas baru saja mulut Jaka akan terbuka untuk bicara tiba-tiba sapuan tangan maendah mendarat pada wajah Jaka dan langsung membuatnya tergeletak begitu saja di dekat pecahan gelas dan air kopi yang masih panas sudah melihat di dalam tubuh maenda dirasuki sosok hitam tubuh maenda berjongkok dengan perlahan tubuhnya merangkak dengan rambut putihnya itu sudah terurai menutup wajahnya tangannya tiba-tiba merobek sebagian baju yang menempel di tubuhnya gerakan cepat merangkak tangan dan kaki maendah secara bersamaan menuju Gama dan Budi Budi tahan kepalanya sekarang bentagama sudah merasakan mayohi dan berada di dekat kakinya sebelum gerakan cepat merangkak maenda sampai di dekat Gama Budi sudah maju terlebih dahulu dengan cepat kedua tangan Budi menahan kepala Manda bahkan sampai kuda-kuda posisi kaki Budi terbawa oleh kuatnya dorongan kepala maenda sialan sosok ini sangat kuat Maafkan terpaksa Ini mendak Budi tubuhnya sudah semakin terdorong ke belakang dengan gerakan cepat satu tangan Budi bergerak ke arah leher Mahendra dengan sekuat tenaga mengunci leher nenek tua itu langsung dibalikkannya tubuh maendah yang kini berada di atas tubuh Budi mata merah menyala itu memandang penuh amarah ke arah 


Gamma lepaskan Manusia Biasa tubuh nenek tua ini akan mati malam ini juga dengan cepat Gamma memejamkan matanya mengeluarkan perlahan gelang gengge dalam saku celananya sekarang Gan bentak Budi gelang genggeng itu sudah menempel tepat di bagian dahi Ma Endah Dari mana kamu akan aku Habisi jika tidak keluar sekarang dari tubuh nenek ini ucap Gama sambil dalam hatinya membaca amalan agar bisa mengalahkan kekuatan sosok yang ada dalam tubuh maenda kalian tidak akan bisa menghabisi aku banyak nyawa anak yang akan mati oleh Tuhanku persembahan tumbal dan pesta untuk bangsa kami darah mereka halal Gama semakin menekan gelang gengge di dahi maenda membuat dua kali teriakan jauh lebih kencang ampun ampun lepaskan Siapa Tuhanmu itu cepat katakan bentar Gama dekat di telinga sama Enda sementara Budi terus menahan tubuhnya agar tidak bisa bergerak walaupun Budi hampir kehabisan tenaganya tiba-tiba kepala Manda melawan kuatnya kuncian dua tangan Budi pada lehernya dan kaki Budi pada tubuh maenda mata maendah tidak lagi melihat tajam ke arah Gama melainkan ke arah Jaka yang masih tergeletak tiba-tiba tubuh maendah melemah dan matanya terpejam membuat Budi langsung menyingkirkannya dengan cepat sosok perempuan sudah berdiri di dapur dengan tubuh yang hanya ditutupi selendang dan rambut panjangnya begitu juga payudaranya menggantung besar bahkan tubuhnya dua kali lipat lebih tinggi dari manusia dengan kuku yang sangat panjang dan tajam kalian tidak akan bisa membawa Rara pulang Ibunya sudah memberikannya kepada Tuhannya saya nyawanya sudah menjadi tumbal sudah menetap tajam dengan kuning menyala di matanya itu ke arah sosok perempuan sasar sudah menjadi hak kami tanahnya bukan lagi hitam tapi merah dari darah gerbang tumbal akan terbuka selamanya dan manusia akan tersesat 


menyembah Tuhan kami baru saja gamalkan bunyikan gelang genggeh tiba-tiba perempuan itu tertawa melengking kencang membuat tubuh Mak Enda dan Jaka langsung bergetar seperti terkena sengatan listrik mereka berdua akan sama-sama mati datanglah kalian di tempat kami jika tidak ingin semuanya mati termasuk semua keluarga kalian Tuan kami sudah mengetahuinya sambil berbalik badan hanya tersisa rambut panjang yang terurai berantakan dan tiba-tiba hanya menjadi kemenyahan hitam membuat Gamma dan Budi hanya terdiam apalagi melihat kondisi Mak Enda dan Jaka yang semakin mengenaskan sudah keluar dari mulut mereka berdua pergi ke Lawang sasar Pastikan semuanya Bud sekarang minta agama dengan tegas tetapi tanya Budi sangat kaget mendapat izin dengan cara tiba-tiba aturan lama jangan sampai banyak tumbal nyawa sekarang pergi Biar aku yang urus Ma Enda dan Jaka sampai sadarkan diri cepat ini waktunya sebelum malam semakin larut ucap Gama semakin tegas sambil memberikan kunci motor kepada Budi aku yakin itu sosok wewe gombel yang bisa berubah wujud semakin besar dari barusan jangan gegabah Bud hati-hati walaupun itu tanah kelahiran Kamu mungkin sarebula lembut sudah menanti lanjutkan Mak Budi hanya mengagukan kepala saja sambil membenarkan sebuah pisau yang sudah tadi ia bawa dibalik pinggangnya itu meninggalkan Gama dengan meong hidungnya dan tubuh maenda dan Jaka yang masih tergeletak suara motor yang Budi kendarai langsung melesat cepat membuat Gamal langsung berjongkok mengelus kepala meong Hideung jaga budi jangan sampai diamati sia-sia di kampung Wetan sejajar dan uang sasar di sigama sambil membacakan amalan dalam hatinya mengeluskan kepalanya kepada tangan Gama kemudian berjalan terpincang-bincang melewati tubuh Mak Endah dan Jaka membuat Gama memahami sesuatu dari apa yang dilakukan meong Hideung sementara itu roda dua yang Budi kendarai sudah melesat kencang menerobos setiap kemacetan malam ini apalagi ia sudah menantikan waktu kembali ke tanah 


kelahirannya walaupun sudah mendapati hal-hal yang membuat hatinya begitu sakit pengakuan cerita dari Mang Karni dan sosok yang barusan sudah merasuki tubuh maenda sudah membuat rasa penasarannya itu terpuaskan tinggal sedikit bukti yang harus ia lihat dengan dua bola matanya sendiri tidak perlu waktu lama kendaraan roda dua itu sudah melaju ke arah barat malam ini tempat dimana Kampung Wetan tilas Jaja dan belum sasar bersebelahan bahkan Budi masih sangat ingat letak lokasi di dalam Kampung dan dari mana ia harus mulai melangkah malam ini menuju gerbang masuk jembatan besar sudah ia lihat kembali namun ada hal yang menarik perhatian Budi kini burung-burung hitam itu sudah kembali berterbangan di atas Leuweung sasar selain memberikan pertanda itu merupakan sambutan hangat untuk keturunan satu-satunya juru kunci leweng sasar yang sudah kembali harusnya di sini aman tidak mungkin membawa motor ini masuk ke dalam Kampung bisik hati Budi setelah berhenti tepat diantara pohon besar setelah tidak jauh dari Tugu nama kampung langkah kakinya seperti nampak Viras masa kecilnya namun kedatangannya kali ini bukanlah untuk bernostalgia melainkan ada hal-hal yang harus segera ia selamatkan perkataan Mang Karni siang tadi langsung mendapatkan bukti semua pintu rumah warga yang letaknya berjauhan itu sudah tertutup rapat suasana kamu Wetan tilas 


Jaja sangatlah sunyi hanya suara angin yang berhembus mengenai pepohonan ujung Kampung dari sana bocah Budi sambil memilih berjalan diantara kegelapan agar tidak ada satupun warga kampung yang mengetahui kedatangannya bahkan kali ini kepulangannya setelah puluhan tahun dihancuri rasa cemas yang berlebih Budi harus bisa mengendalikan dirinya Karena rasa sakit hati pada kematian orang tuanya terus menyelimuti langkahnya sementara itu dengan nafas yang ngos-ngosan dan penuh kewaspadaan langkah kaki Budi baru saja selesai berjalan menaiki sebuah tanah untuk sampai di bekas rumah dulunya yang menghadap lurus ke arah Leuweung sasar Budi mendengar jelas langkah lain yang mendekat dari arah belakang tubuhnya itu membuat ia sangat kaget namun berusaha tenang setelah langkah kaki di belakang bisa Budi cepat pastikan hanya satu orang yang belum terlalu dekat juga akan aku abisi di sini bisik hati Budi sengaja terus melangkah menginjak rerumputan agar sampai di rumah lamanya di depan dengan cepat Budi menyelinap diantara dua pohon yang tidak terlalu besar badannya dengan cepat berjongkok untuk mengelabui orang yang mengikutinya dari tadi hingga terlihatlah dua kaki yang terus melangkah dan tiba-tiba terhenti mencari kebudayaan Budi di antara celah tumbuhan tinggi itu Budi melihat seorang lelaki yang mengenakan jaket menggunakan tutup kepala padahal dari depan sudah terdapat empat pilar dari semen yang juga ia lihat bekas rumah panggungnya saat itu dengan gerakan cepat Budi melangkah tanpa mengeluarkan suara sambil mengeluarkan pisau dari balik punggungnya menuju badan belakang lelaki itu Diam jangan teriak bisik Budi seketika pisau itu sudah melingkar tepat di bagian leher pisau ini bisa seketika memisahkan leher dan tubuh siapa kamu Jawablah cepat bisik Budi semakin menekan dengan sekuat tenaga ke arah leher sementara dua tangan 


lelaki itu berhasil ia kunci menggunakan satu tangan Budi Ini Amang Karni ini Karni ucap lelaki tua yang sudah hampir kehabisan nafas bahkan hampir kehilangan nyawanya namun tidak Budi lepaskan begitu saja hanya melonggarkan tekanan tangan di bagian leher agar bisa berbicara sedikit leluasa di dalam Leuweung sasar terdengar teriakkan mungkin di pintu ujung sana sedang terjadi hal buruk Amang minta Jangan datang ke sana Bud Tolong dengarkan ucapan Amang ucap ama ng Karni perlahan sambil merasakan ketakutan dibekap tubuhnya itu oleh kekuatan Budi Budi hanya menganggukan kepalanya saja namun tetap tidak melepaskan pisau dari leher makarni malah kembali menekannya sekuat tenaga membuat langkah ini sangat panik Tolong jangan bunuh Amang ucap mangkar nih sedikit kencang merasa pisau tajam itu akan segera berjumpa dengan kulit tuanya [Musik] sekuat tenaga Budi memukul bagian belakang pundak Mang Karni hingga membuat tubuhnya itu langsung tengkurap mengenai tanah tanpa mengeluarkan suara lagi ini tidak akan lama maaf mang pagi juga Amang bakalan sadar tidak ada yang bisa melarang aku datang ke lobang sasar apalagi ini perintah agama ucap Budi sambil melewati tubuh Mang Karni lalu memasukkan kembali Pisau ke balik punggungnya itu setelah beberapa detik melihat tanah bekas dimana Budi dulu tinggal bersama 



almarhum aba dan Maknya kini Budi melangkah tergesa-gesa menuju Ujung Kampung Wetan tilas Jaja untuk sampai di pintu masuk lowongan sasar pandangan matanya sudah tajam keringat sudah mengalir di wajahnya sudah tidak sabar ingin membuktikan kesaktian Basuki dan para pengikutnya itu termasuk wewe gombel yang Gamma katakan hamparan rumput sudah terlihat putih namun secara perlahan ia mendengar serangan suara manusia di ujung gelombang sasar membuatnya semakin tergesa-gesa melangkahkan kaki beberapa orang sudah tergeletak lemas tanpa bisa bergerak lebih dari 3 orang yang pertama kali Budi lihat mengenakan baju serba hitam bahkan orang-orang itu sangat kaget ketika melihat perawakan Budi dengan rambut gondrongnya Bapak kalian bentak Budi langsung menjambak salah satu orang yang paling dekat dengannya orang itu tidak menjawab hanya menggelengkan kepalanya berkali-kali apalagi amarah sudah tergambar jelas di wajah budi kalian pengikut Sugi ucap Budi langsung mengeluarkan pisaunya ada orang yang masuk ke dalam ampun jawab orang yang sudah merasakan ketakutan karena tidak ingin kedatangannya diketahui siapapun dengan terpaksa Budi memegang setiap leher orang-orang itu agar matanya terpejam hanya suara teriakan menahan rasa sakit 


yang terakhir Budi dengar dan mereka bertiga Sudah terlelap membuat Budi langsung berjalan dengan cepat memasuki sasar setelah puluhan tahun Ia tinggalkan dan lepas dari tanggung jawab sebagai penerus juru kunci ternyata Rara dibawa ke sini ucap Budi sambil mengatur nafasnya yang sudah ngos-ngosan namun langkahnya tiba-tiba berhenti dan sangat kaget ketika mendapati sebuah sarung rusuh yang tergeletak begitu saja Apalagi setelah ia pastikan sarung itu pernah dilihatnya berkali-kali dipakai lelaki yang mengenakan Vespa Tua segera Budi ambil dengan perlahan lelaki itu tujuannya ternyata lorong ini juga untuk apa ucap Budi semakin kebingungan Apalagi sudah cukup ia dibuat curiga dan penasaran apa Lelaki itu siapa sementara itu dari kejauhan ia melihat lelaki yang sama malam kemarin mengendarai Vespa Tua berjalan ke arahnya pandangan lelaki itu seperti heran pertama kali melihat Budi secara dekat Begitu juga dengan Budi yang akhirnya bisa melihatnya saat ini secara berdekatan Yah udah cukup aku saja yang tingkatnya kayak monyet jangan ada lagi orang yang tinggalnya kayak hewan buas ucap lelaki yang belum Budi ketahui namanya saat melihat Budi yang berlaku layaknya hewan hutan Budi semakin yakin bahwa lelaki yang kini beda hadapan dengannya bukanlah sembarang orang sama ketika pertama kali ia melihatnya jauh-jauh hari eh itu sarungku balikin ucap lelaki itu yang 


sudah menyadari sarungnya berada di tangan Budi jadi kamu yang menghabisi orang-orang itu tanya Budi semakin penasaran balikin sarung itu mengandung kutukan aroma keringat pendekar Jawa yang bisa membuat hidupku nggak tenang buat ikat rambutmu juga bakal jadi sarang kutu pintar lagi itu untuk apa tujuan kamu masuk ke dalam lubang sasar tanya Budi semakin penasaran baru saja lelaki itu akan menjawab tiba-tiba secara bersamaan mendengar jelas Suara lengkingan teriakan perempuan sangat kencang dari dalam Leuweung sasar Sementara itu di sisi lain matahari sudah tepat berada di ujung tunggang gunung sinar kuning keemasan itu menyorot pekat ke arah rumah dan megah sinarnya yang hangat dan indah itu sedang disaksikan sepasang suami istri bukan sebagai tontonan hingga melainkan harapan sifat keji yang terdapat dalam diri mereka berdua melebihi iblis beberapa kali senyum terlontar dari Mimin dan karta apalagi kini pandangannya tepat ke arah sebelah barat di mana lobang sasar itu berada sebentar lagi Sinar itu hilangin Ayo segera siap-siap malam Segera tiba Ucap Kata sambil berdiri dari duduknya mematikan rokok yang sedari tadi ia hisap dengan gelisah Apa mungkin akan datang sekarang juga ini tidak Biasanya karena Apakah ada pertanda buruk jawab Mimin sangat cemas dengan pakaian yang indah yang menyelimuti tubuhnya itu juga berbagai perhiasan mahal sudah menempel di kedua tangannya Sudahlah Min memang kamu ini yang selalu berpikiran buruk jawab Karta sedikit kesal sudah berada di belakang pundak mimin tiba-tiba mimin memutarkan tubuhnya melihat Karta dengan tatapan marah anakku Karta camkan itu bisik Mimin perlahan membuat Karta benar-benar kaget dengan tingkah istrinya yang tiba-tiba berubah Mimin kita sudah sepakat ingat 


itu lowong sasar sudah jadi tempat dia jawab Karta tegas dengan cepat memegang kedua pipi Mimin hanya anggukan kepala Mimin berkali-kali ia lakukan namun karena dibuat kebingungan saat melihat kedua bola mata Mimin yang kini mengeluarkan air matanya itu datangin Ucap Kata tiba-tiba ketika melihat ke arah halaman belakang rumah beberapa pohon-pohonan Indah itu bergerak dengan sendirinya semakin jelas terlihat apalagi mereka berdua sedang berada di lantai dua rumah tanpa ada angin kencang yang menerpa bersamaan gelap malam baru saja tiba pertanda seseorang yang sedang mereka berdua tunggu baru saja tiba cepat bahwa sesajen itu kata benda kejanggalan yang terjadi di halaman belakang itu tertangkap kedua mata dada sudah lebih dari tiga kali Dadang mengucap matanya menyaksikan keanehan di rumah ini setelah malam kemarin melihat sosok hitam penuh bulu saat Kang Jaka pulang Dadang masih terdiam mematung melihat ke arah dua pohon yang terus bergetar beberapa daun-daun yang biasa ia sapu pagi hari kini daun-daun itu sudah secara serempak kembali turun dengan sendirinya bersama gelap malam yang semakin pekat dan perubahan cepat pada suasana rumah menjadi pengap dan menakutkan Siapa itu bisik Dadang dengan bulu pundaknya yang sudah berdiri bahkan lap yang berada di tangannya begitu saja terjatuh tanpa ia sadari bahaya ini bahaya ucap dada langsung berjalan tergesa-gesa masuk ke dalam kamarnya yang berada di dekat dapur setelah melihat jelas diantara dua pohon itu sudah berdiri laki-laki tua mengenakan pakaian serba hitam hal mustahil di matanya itu kini benar-benar nyata cepat kata cepat Iya Ayo kamu duluan aku bawa ini susah suara mimin dan karta langsung didengar jelas oleh Dadang bahkan membuat dirinya yang baru saja menutup pintu kamar Langsung kembali terdiam di balik pintu menumbuhkan jiwa penasaran apa yang akan dibuat oleh dua majikannya itu apa ada kaitannya dengan Rara ucap Dadan dengan detak jantungnya 


yang sudah tidak tenang penasaran juga pada sosok lelaki tua yang datang dengan cara Aneh barusan melangkah kaki Mimin dan karta baru saja terdengar melewati kamar Dadang namun seketika hilang Dadang mendengar jelas seperti ada suara dengkul yang keras terkena keramik rumah dan suara wadah tanpa bersujud Bapak dan Ibu ucap Dadang terbata-bata semakin heran dengan apa yang sebenarnya terjadi di balik pintu kamarnya itu ampun Mbah Maaf Karta tidak mengetahui Kenapa Abah berdiam di sini Ayo masuk ke dalam Bah Ucap Kata sudah bersujud di sebelah wadah penuh dengan sesajen kembang-kembang dan darah hal yang sama juga sudah Mimin lakukan walaupun Mimin merasa aneh lelaki tua yang selalu mengenakan pakaian hitam Sejak pertemuan pertamanya di dalam lewang sasar sedang memegang sebuah handuk putih kecil yang biasa digunakan Dadang kepala Mimi dan karta tetap berada di dekat kaki Basuki masih sujud dengan harap cemas dalam diri mereka masing-masing mata Basuki terus berkeliling rumah sesekali senyum lebar keluar dari mulutnya Bangun kalian ucap Basuki dengan suara khasnya yang serak dan basah baik Mbah jawab Karta dengan gemetar melihat Basuki sudah menatapnya tajam padahal jauh lebih penting yang harus saya katakan tegas Basuki sambil menabur bunga-bunga di dalam wadah Itu tepat ke arah wajah Karta dan Mimin membuat Apa yang sedang Mimin cemaskan seolah terjadi walaupun suami istri itu belum mengetahui pasti apa bah yang sebenarnya terjadi dari kemarin malam sejak adik saya Jaka tiba ke rumah ini dan ketika Rara sudah bersama Abah di Lawang sasar rasanya saya tidak pernah tenang ucap Mimin tiba-tiba membuat kata-kata kaget dengan pengakuan istrinya itu Basuki seperti tahu apa yang dicemaskan Mimin dan memang malam inilah tujuan Basuki untuk membicarakannya ada beberapa orang yang mencoba 


mengacaukan niatan kalian berdua terlebih mereka bukan sembarang orang sarebu lembut di dalam Lawang sasar merasa terusi keberadaannya namun pagar-pagar itu tidak akan mudah mereka lewati untuk sampai dimana tempat biasa kita berjumpa Tapi ingat jangan sampai semuanya berdampak pada resiko perjanjian kalian ucap Basuki sudah mengetahui di dalam kamar yang tepat berada di samping ia berdiri ada seseorang yang sedang mencoba menguping pembicaraannya itu katakan siap pak biar kata bereskan dengan cepat Saut Karta yang sudah merasakan kecemasan karena baru pertama kali Basuki menujukan raut wajah yang sangat waspada Tenang saja satu persatu akan mati yang pertama pemilik handuk ini Kedua lelaki yang tiba kemarin malam ke rumah ini selain Adik kamu Jaka coba Basuki sambil tersenyum namun untuk Dadang yang mendengar ucapan itu semakin jelas karena telinganya sudah menempel dari tadi di kayu pintu membuatnya langsung ketakutan apalagi ya baru sadar bahwa memang menjatuhkan handuk kecilnya sebelum masuk ke kamar bahaya ini ucap dada dan terbata-bata belum saja pikiran ketakutannya semakin menyelimuti dirinya tiba-tiba Dadang mendengar suara hentakan sangat keras menghantam keramik lepaskan saja binatang yang mempunyai handuk itu Secepatnya akan terkena jerat kematian in bisik Basuki dekat dengan telinga Mimin yang masih tertunduk membuat Mimin langsung mengerti pada ucapan itu dan sudah mengetahui satu nama orang yang selama ini bekerja di rumahnya disusul teriakan kencang Karta tahan Karta tahan bisik Mimin langsung menutup mulutnya Karta yang terbuka lebar di lengan kirinya sudah keluar darah mengalir diikuti senyuman basugi yang sudah berjalan ke arah pohon besar tempat di mana barusan Ia datang ayo bangun kata biar nanti aku bereskan sesajen dan bunga itu cepat ke kamar ucap Mimin tergesa-gesa 


diikuti langkah kaki Karta yang terus memegang tangannya yang terus mengeluarkan darah siapapun mereka minta aku berjanji yang mengganggu tujuan kita akan aku Habisi darah mereka harus berada tepat di tanganku jawab Karta dengan sangat kesal jangan gegabah kata aku sudah memahami sesuatu kata ucap Mimin sementara itu Dadang yang masih menguping ucapan Mimin dengan kertas semakin ketakutan apalagi tidak bukan nama yang akan dihabisi Basuki dan karta adalah dirinya membuat ia langsung berjalan ke arah meja di dekat ranjang kamarnya untuk mengambil kunci motor untuk segera pergi dari rumah ini harus segera kasih tahu Jaka Mimin dan karta sudah gila ucap Dadang dengan cepat keyakinannya bertambah akan penyebab hilangnya Rara anak yang malang itu baru saja kunci motor itu berada tepat di tangan Karta dan akan mengenakan jaket kulit tiba-tiba lemari besar yang berada tepat di depannya itu terbuka dengan sendirinya membuat Dadang langsung terdiam aneh ucap gadang memandang ke arah dalam lemari sudah tergantung banyak pakaian salin yang ia kenakan tolong Bang aku disini membuat Dadang terus melihat ke arah dalam lemari yang baru saja terbuka lebar itu namun ia tidak melihat wujud apapun selain suara yang semakin jelas suara yang ia kini persis 


seperti suara Rara tolong suara itu semakin jelas terdengar membuat Dadang perlahan mendekat ke arah dimana baju-baju tergantung berjajar bersamaan bulu pundaknya yang sudah berdiri dari tadi dan keringat mulai membasahi wajahnya Mang Di sini tiba-tiba suara bentakan terdengar dari belakang tubuh Dadang membuat ia langsung mengembalikan badannya dengan cepat namun tidak mendapati wujud apapun nafasnya sudah terdengar ngos-ngosan keadaannya semakin ketakutan ia sudah kembali mendengar suara gantungan baju yang terbuat dari kayu itu bergeser dengan perlahan kencang beruntungnya masih sedikit bisa menghindar dari sesuatu yang tajam itu lebih mirip seperti kuku yang sudah mendarat di punggungnya itu berhasil merobek kulitnya seketika mengeluarkan darah membuat baju yang menutupi punggungnya robek bersamaan darah semakin banyak keluar ucap Dadang semakin panik diantara celah gantungan pakaian dalam lemari malah ia melihat wajah Rara yang sudah pucat dengan urat-urat di wajahnya terlihat keluar serta di mulutnya sudah keluar darah hitam dengan sangat cepat Dadang mengambil jaket dan kunci motor pandangannya sudah kabur melihat ke arah Rara karena ia harus menyelamatkan dirinya terlebih dahulu apalagi kini tubuh Rara sudah kembali dalam dekapan tangan besar hitam penuh bulu salah satu sosok yang malam kemarin Dadang lihat Jaka 


harus tahu ini ucap dada sudah melangkah tergesa-gesa sambil memakai jaket untuk menutupi bajunya yang robek namun rasa perih di punggungnya semakin ia rasakan Dadang berjalan cepat menuju pintu samping yang akan membawanya ke arah dimana motor tuanya terparkir di halaman depan Bahkan ia sudah tidak berpikir untuk meminta izin terlebih dahulu kepada Karta dan Mimin dengan kondisi seperti ini baru saja datang berada di atas jok motornya malah suara teriakan minim yang ia dengar membuatnya langsung berbalik badan sambil menahan rasa perih di punggungnya apalagi Mimin malah berjalan semakin mendekat seolah Mimin tahu apa yang sudah menimpa pembantu satu-satunya di rumah itu saya mau izin pulang ke kampung Bu pagi balik lagi ada urusan penting ucap Dadang berusaha tenang walaupun keringat sudah mengucur membasahi wajah karena harus menahan rasa sakit akibat darah yang terus keluar di punggungnya bekas cakaran sosok di kamarnya barusan apalagi Dadang sudah melihat Karta berdiri dekat pagar lantai 2 sedang memandangnya tajam penuh amarah seperti akan memakannya hidup-hidup P Oh begitu ya boleh dan sekalian tengok Mak Endah ya Dang Katanya lagi sakit sama Ini satu lagi nanti jangan ketinggalan handuk kamu di dapur ya ucap Mimin sambil tersenyum penuh arti membuat Dadang semakin keringat dingin Dadang hanya memaksakan kepalanya mengangguk dan semakin mempunyai keyakinan bahwa Mimin dan karta sudah mengetahui semuanya bahkan termasuk tujuannya malam ini untuk menemui Jaka Baik bu jawab Dadam terbata-bata langsung menerima handuk yang Mimin berikan kemudian kaki kanannya sudah menginjak pedal gigi motor agar segera meninggalkan rumah itu raut kekecewaan terlihat dari wajah Jakarta Bahkan ia 


mematikan rokok dengan cara diinjaknya dengan kesal manakala membiarkan Dadang pergi begitu saja Menurut direncana Mimin dan lebih percaya pada apa yang akan dilakukan Basuki kepada Dadang Jaka harus tahu semua ini setidaknya aku harus selamat mencapai rumah mak Endah ucap Dadang terus melaju bersama kendaraan roda duanya dengan cepat menahan rasa sakit di punggungnya ia Semakin menjadi ia merasakan seperti bukan luka biasa namun ada pesan yang harus segera Jaka dengar apalagi raut wajah pucat Rara yang mengenaskan itu terus tergambar dalam pikirannya beberapa kali motor yang digunakan Dadang hampir menabrak pembatas jalan namun terus ia paksakan sekuat tenaga karena masih ingat dengan ucapan Jaka malam kemarin yang menitipkannya pesan malah kenyataan gila lainnya yang harus melibatkan dirinya sebagai saksi di rumah Mimin dan karta lihat Dadang sekuat tenaga karena perihnya berkali-kali lipat besarnya hanya di fakta sejarah Terima kasih Mas tubuh valve dan tentunya buat teman-teman yang sudah menyimak kisahnya disini demikianlah bagian tiga langit wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh alhamdulillah [Musik]

Posting Komentar untuk "KISAH MISTERI - LEWEUNG SAREBU LELEMBUT - PART 3"